Minggu ini, saya ingin berbagi cerita tentang sebuah
proyek desain yang kebetulan juga merupakan tugas akhir saya di mata kuliah
Pracetak dan Kemasan Desain Komunikasi Visual beberapa waktu silam. Yah,
sesekali saya juga mau dong, diekspos tentang bagaimana proses saya saat
mendesain. Masa dari kemarin punya orang lain melulu yang saya bahas? Hehehe…
Maaf sebelumnya kalau artikel kali ini agak lebih
panjang daripada biasanya, tapi saya jamin bloggers
nggak bakal bosan bacanya deh ;D
Nah, entri blog saya kali ini sangat berhubungan
dengan seluk beluk perancangan kemasan atau packaging
dari sebuah benda unik yang nggak sengaja saya temukan waktu diminta mencari
sebuah produk yang bisa dibuatkan ulang kemasannya (re-desain). Produk yang
saya temukan ini berupa patung kayu menyerupai kodok yang diasah halus, dengan
punggung bergigir yang jika digesek
perlahan dengan tongkat kayu kecil bisa menghasilkan bunyi - bunyian.
Kondisi Si Kodok Pas Baru Dibeli
(Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi)
Sewaktu menemukannya di gerai Mirota daerah Surabaya,
yang membalutnya hanya selembar bungkus plastik tanpa ada informasi apapun
tentang produk tersebut. Jangankan tentang asal usul atau bahan bakunya, keterangan
yang menjelaskan nama benda ini saja tidak ada. Sewaktu saya tanya pihak
tokonya pun, mereka cuma menjawab kalau itu ‘mainan kodok - kodokan’.
Karena nggak mungkin saya menyebut ‘mainan
kodok-kodokan’ sebagai nama produk ini di kemasan saya nantinya, saya lalu mencari
sendiri keterangan mengenai si kodok atau disebut juga studi eksisting. Kebetulan
Kakak saya juga punya satu, dan dia bilang kalau asal si kodok itu dari Pulau
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Setelah saya coba cross check datanya ke sumber lain seperti internet, ternyata saya
menemukan bahwa mainan ini memang dari Lombok, walau aslinya berasal dari
Thailand yang memuja kodok sebagai simbol keberuntungan dan kesehatan.
Kalau begitu, bagaimana bisa cenderamata ini sampai
ke Pulau Lombok? Simply karena
keduanya (Thailand dan Lombok) konon mempercayai mitos yang sama, yaitu bahwa saat
kodok - kodok berbunyi maka pertanda hujan bakal turun. Berangkat dari mitos
itulah mainan ini dibuat, dan mereka percaya kalau sampai dibunyikan, hujan
bisa jadi akan turun juga. Untuk lebih spesifiknya lagi, kodok yang menjadi
model mainan ini berasal dari jenis Crested
Toad (Ingerophrynus biporcatus) atau Kodok Buduk. Kodok ini umumnya berwarna kecoklatan, memiliki deretan gigir di
sepanjang punggung dan bertempat tinggal
di rawa-rawa di daerah Lombok dan Bali.
Selain itu, saya temukan juga fakta bahwa si kodok
ini punya nilai edukasi yang tinggi untuk perkembangan motorik halus dan ketajaman
panca indera anak, terutama sistem pendengaran. Soal nama, benda ini sebetulnya
nggak punya nama pasti, cuma kebanyakan online
shop yang menjualnya menyebut mainan ini dengan ‘Croaking Frog’, atau ‘Croaking
Toad’, ‘Singing Frog’, etc yang
kalau diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa lokal jadi ‘Kodok Ngorek’. Nama
itulah yang akhirnya saya pakai sebagai nama produk ini.
Selesai mengumpulkan data, akhirnya saya putuskan
bahwa mainan ini paling cocok ditujukan pada konsumen anak- anak. Berdasarkan
analisa yang saya lakukan, mainan ini punya kelebihan soal fungsi, tapi tidak
banyak yang mengenalnya. Saya pun mulai membuat beberapa rancangan yang bisa
sekaligus memperlihatkan identitas produk unik ini, dan jadilah beberapa konsep
awal kemasan yang sekiranya cocok.
Alternatif Konsep Rancang Bangun Kemasan
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Setelah mengajukan alternatif di atas kepada dosen
pembimbing, diputuskan bahwa saya akan memakai ide mengemas produk ini menyerupai
sebuah ‘Story Book’ atau ‘Children Book’ tentang mainan kodok
ajaib penanda hujan.
Dari sana, mulailah saya merancang bangun kemasannya.
Pertama-tama saya buat dulu prototype
yaitu sebuah kotak yang menyerupai bentukan buku yang nantinya akan dijadikan
penampung mainan Kodok gorek tersebut.
Prototype Rancang
Bangun Kemasan
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
lanjut ke ilustrasi sampul kemasan, saya membuatnya seolah
mengesankan kehidupan komunitas kodok di rawa - rawa untuk menyamakan dengan
sejarah produknya. Tekstur di bagian pinggir sampul dimaksudkan untuk
memperlihatkan kesan antik dan unsur tanah pada ilustrasinya secara
keseluruhan.
Sketsa Ilustrasi Sampul/Kaver
Kemasan Kodok Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Ilustrasi Sampul/Kaver Kemasan Kodok
Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Sampul/Kaver Kemasan Kodok Ngorek
Versi Final dengan
Teks Nama dan keterangan Produk
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Ilustrasi dalam sengaja saya buat sama dengan ilustrasi
sampul, agar konsumen mendapat kesan bahwa keduanya berada di lokasi yang sama,
yaitu di area rawa - rawa. Yang membedakan adalah keberadaan kodok-kodok yang
bermain-main di sekitar kolam. Kodok-kodok tersebut ditiadakan pada ilustrasi
dalam dimaksudkan agar konsumen berpikir bahwa si mainan kodok di dalamnya adalah
salah satu dari kodok - kodok itu sendiri yang bisa dikeluarkan dari dalam
untuk diajak bermain bersama - sama.
Sketsa Ilustrasi Dalam Kemasan Kodok
Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Ilustrasi Dalam Kemasan Kodok Ngorek
secara Umum
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Di bagian sampul dalam, saya berikan sedikit petunjuk
cara memainkan Kodok Ngorek ini. Sebagai pelengkap setting, saya juga selipkan sedikit keterangan tentang produk yang
telah saya temukan sebelumnya di tempat yang sama. Selain sebagai informasi tambahan
bagi konsumen, keberadaan keterangan ini berguna untuk memberikan sedikit
gambaran tentang latar belakang si kodok sehingga konsumen dapat mengembangkan
imajinasinya.
Bagian Keterangan pada Sampul Dalam Kemasan Kodok Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Setelah melalui proses panjang itu, jadilah ‘rumah’ baru
buat si Kodok Ngorek kita ini!
Kemasan yang Sudah Jadi dan Si Kodok
Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi
Pribadi)
Perancangan ini bermaksud mengoptimalkan fungsi dari
alat musik Kodok Ngorek ini, di mana sebelum saya buatkan desain kemasannya
yang berbentuk menyerupai buku cerita, alat ini cuma berfungsi sebagai mainan
untuk iseng - iseng atau pajangan. Dengan keberadaan kemasan yang menyertainya,
diharapkan dapat menyelaraskan panca indera yang dimiliki konsumen terutama
yang masih dalam kelompok usia anak - anak. Di mana indera pendengaran
dipertajam dengan bunyi - bunyian yang dihasilkan oleh mainan Kodok Ngorek ini,
indera penglihatan oleh gambar-gambar pendukung pada kemasan dan rupa kodok itu
sendiri, sedangkan indera peraba oleh bentuk mainan tersebut.
Diharapkan dari
pengemasan ulang produk ini, orang tua akan membimbing anak dalam memainkannya,
sehingga nanti bisa tercipta kedekatan antara orang tua dan anak yang menjadi
target konsumen utamanya. Ini merupakan alasan lain mengapa desain kemasan ini mengadopsi
gaya buku cerita anak-anak jaman dulu yang cukup tebal, namun menarik secara
visual dengan warna - warna cerah yang
disukai anak sebagai pelengkap mainan yang dapat berfungsi sebagai semacam stage.
Dari sudut pandang desain sendiri, perancangan ulang ini
bisa mengangkat value dari produk
yang bersangkutan buka hanya dari segi harga saja yang bisa melebihi harga
sebelum dipermak, tetapi juga nilai estetika dan fungsi baik bagi pengrajin
terlebih bagi konsumen.
Penampakan Display Mainan Kodok Ngorek
(Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi)
Secara pribadi, saya cukup senang dengan pencapaian
saya pada desain kemasan ini. Tentu saja, rancangan ini masih memiliki kekurangan
yang masih bisa dikembangkan dan
diperbaiki untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dan lebih baik di kemudian
hari, jika suatu hari nanti bisa benar-benar diwujudkan dalam bentuk kemasan produk
yang nyata :D
Well, see you next time!
No comments:
Post a Comment
Mohon gunakan bahasa yang sopan dan pantas saat hendak berkomentar:)