Sabtu, 04 Mei 2013 - Beberapa pengunjung
Toko Buku Gramedia Royal Plaza Surabaya terlihat membaca buku sambil berdiri. Walaupun
saat itu sedang ada Gebyar Diskon, banyak pengunjung tetap memilih baca di
tempat karena dianggap lebih ‘hemat’. Menariknya, meski yang tampak dalam foto semuanya berusia dewasa, buku yang
sedang dibaca adalah yang terdapat di rak bagian buku cerita bergambar untuk
anak. (Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)
Kita tentu pernah mendengar bahwa konon, minat baca di kalangan masyarakat
Indonesia sangat rendah. Penyebabnya macam-macam, ada yang bilang kalau membaca
buku kini sudah nggak menarik lagi, keberadaan gadget-gadget canggih dianggap telah menggantikan peran buku
sebagai sumber informasi, sehingga mencari referensi tinggal ketik keyword di search engine saja, dan entah alasan lain apalagi yang membuat
orang enggan membaca buku.
Kontradiksi dengan segala pernyataan di atas, toko buku tidak pernah sepi
dari pengunjung terutama saat menjelang weekend.
Toko buku yang kebetulan saat itu sedang mengadakan diskon untuk beberapa judul
dan genre buku koleksinya ini begitu dipadati pengunjung.
Sayang, padatnya pengunjung seringkali tidak diiringi dengan niat untuk
membei buku. Kebanyakan hanya memanfaatkan waktu mereka di sana untuk
membaca-baca buku di tempat, entah sambil berdiri atau nekat baca sambil ndelosor di lantai toko buku.
Contoh kasus ini adalah seperti yang nampak pada foto di atas. Menariknya, meski yang nampak di
dalam foto semuanya berusia dewasa, ternyata buku yang sedang dibaca adalah
yang terdapat di bagian rak buku anak-anak. Ada yang hanya membolak-balik
halaman sambil sesekali memperhatikan ilustrasi-ilustrasi di dalamnya, bahkan ada
juga yang bela -belain baca sampai selesai di tempat. Memang kalau dibandingkan
dengan dulu, zaman sekarang buku-buku bacaan untuk anak lebih bervariasi dan
bukan tidak mungkin menarik perhatian orang dewasa juga. Meskipun kurang jelas apakah
mereka memang lagi mencari buku untuk anak-anak di rumah, atau memang sendirinya
tertarik dengan buku-buku genre itu.
Mengesampingkan buku apa yang dibaca, sebenarnya apa sih penyebab para
pengunjung itu lebih memilih baca di tempat? Alasan yang paling umum ditemukan
adalah harga buku yang masih kurang terjangkau bagi sebagian besar orang, baik
untuk buku lokal apalagi buku impor. Terlebih untuk kasus dalam foto di mana buku
- buku yang dibaca adalah buku anak-anak, yang meskipun banyak macam tapi soal
harga semuanya seperti kompak memberikan harga tinggi yang bisa mencapai ratusan
ribu. Walau ada diskon sekalipun, buku - buku itu masih saja dianggap terlalu
mahal. Alhasil, masyarakat pun banyak yang mengunjungi toko buku hanya untuk
membaca buku - buku tersebut dengan mengambil
resiko sesekali didatangi karyawan toko yang memperingatkan perilaku mereka
ini.
Pemandangan semacam ini belakangan semakin sering terlihat di berbagai
toko buku, terutama toko buku - toko buku besar yang koleksinya lengkap.
Awalnya memang dilarang secara terang-terangan, apalagi nggak sedikit orang
yang sampai merobek plastik pembungkus buku-buku tersebut untuk mengintip
isinya. Tapi entah mengapa, kondisi seperti ini lama-kelamaan seolah dibiarkan
saja oleh pihak toko buku dan bahkan ada beberapa lokasi yang seperti sengaja memfasilitasi kondisi ini dengan menyediakan
tempat duduk kecil di dalam toko buku atau area dengan karpet yang seolah -
olah memang mempersilakan pengunjung untuk baca di sana sambil lesehan. Ya, jelas saja para pengunjung
yang datang jadi keenakan. Sekarang ini malah hampir bisa dibilang, bahwa toko
buku - toko buku seperti itu sudah berubah fungsi jadi seperti perpustakaan
umum atau malah jadi perpustakaan pribadi para pengunjung dan bukan tempat
membeli buku lagi seperti dulu.
No comments:
Post a Comment
Mohon gunakan bahasa yang sopan dan pantas saat hendak berkomentar:)