Translate

Monday, May 6, 2013

Baca di Tempat Lebih ‘Hemat’



Sabtu, 04 Mei 2013 - Beberapa pengunjung Toko Buku Gramedia Royal Plaza Surabaya terlihat membaca buku sambil berdiri. Walaupun saat itu sedang ada Gebyar Diskon, banyak pengunjung tetap memilih baca di tempat karena dianggap lebih ‘hemat’. Menariknya, meski yang tampak dalam foto semuanya berusia dewasa, buku yang sedang dibaca adalah yang terdapat di rak bagian buku cerita bergambar untuk anak. (Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)

Kita tentu pernah mendengar bahwa konon, minat baca di kalangan masyarakat Indonesia sangat rendah. Penyebabnya macam-macam, ada yang bilang kalau membaca buku kini sudah nggak menarik lagi, keberadaan gadget-gadget canggih dianggap telah menggantikan peran buku sebagai sumber informasi, sehingga mencari referensi tinggal ketik keyword di search engine saja, dan entah alasan lain apalagi yang membuat orang enggan membaca buku. 

Kontradiksi dengan segala pernyataan di atas, toko buku tidak pernah sepi dari pengunjung terutama saat menjelang weekend. Toko buku yang kebetulan saat itu sedang mengadakan diskon untuk beberapa judul dan genre buku koleksinya ini begitu dipadati pengunjung.

Sayang, padatnya pengunjung seringkali tidak diiringi dengan niat untuk membei buku. Kebanyakan hanya memanfaatkan waktu mereka di sana untuk membaca-baca buku di tempat, entah sambil berdiri atau nekat baca sambil ndelosor di lantai toko buku.

Contoh kasus ini adalah seperti yang nampak pada foto di  atas. Menariknya, meski yang nampak di dalam foto semuanya berusia dewasa, ternyata buku yang sedang dibaca adalah yang terdapat di bagian rak buku anak-anak. Ada yang hanya membolak-balik halaman sambil sesekali memperhatikan ilustrasi-ilustrasi di dalamnya, bahkan ada juga yang bela -belain baca sampai selesai di tempat. Memang kalau dibandingkan dengan dulu, zaman sekarang buku-buku bacaan untuk anak lebih bervariasi dan bukan tidak mungkin menarik perhatian orang dewasa juga. Meskipun kurang jelas apakah mereka memang lagi mencari buku untuk anak-anak di rumah, atau memang sendirinya tertarik dengan buku-buku genre itu.  

Mengesampingkan buku apa yang dibaca, sebenarnya apa sih penyebab para pengunjung itu lebih memilih baca di tempat? Alasan yang paling umum ditemukan adalah harga buku yang masih kurang terjangkau bagi sebagian besar orang, baik untuk buku lokal apalagi buku impor. Terlebih untuk kasus dalam foto di mana buku - buku yang dibaca adalah buku anak-anak, yang meskipun banyak macam tapi soal harga semuanya seperti kompak memberikan harga tinggi yang bisa mencapai ratusan ribu. Walau ada diskon sekalipun, buku - buku itu masih saja dianggap terlalu mahal. Alhasil, masyarakat pun banyak yang mengunjungi toko buku hanya untuk membaca buku -  buku tersebut dengan mengambil resiko sesekali didatangi karyawan toko yang memperingatkan perilaku mereka ini.

Pemandangan semacam ini belakangan semakin sering terlihat di berbagai toko buku, terutama toko buku - toko buku besar yang koleksinya lengkap. Awalnya memang dilarang secara terang-terangan, apalagi nggak sedikit orang yang sampai merobek plastik pembungkus buku-buku tersebut untuk mengintip isinya. Tapi entah mengapa, kondisi seperti ini lama-kelamaan seolah dibiarkan saja oleh pihak toko buku dan bahkan ada beberapa lokasi yang seperti sengaja  memfasilitasi kondisi ini dengan menyediakan tempat duduk kecil di dalam toko buku atau area dengan karpet yang seolah - olah memang mempersilakan pengunjung untuk baca di sana sambil lesehan. Ya, jelas saja para pengunjung yang datang jadi keenakan. Sekarang ini malah hampir bisa dibilang, bahwa toko buku - toko buku seperti itu sudah berubah fungsi jadi seperti perpustakaan umum atau malah jadi perpustakaan pribadi para pengunjung dan bukan tempat membeli buku lagi seperti dulu.


No comments:

Post a Comment

Mohon gunakan bahasa yang sopan dan pantas saat hendak berkomentar:)