Apa
kabar, bloggers?
Kali
ini, literaturmasadepan.blogspot.com akan mempersembahkan wawancara eksklusif bersama
seorang pakar storytelling, yaitu kak
Kartikanita Widyasari, S.Psi atau yang lebih dikenal dengan nama Kak Nit Nit. Diwawancarai
di Food Court Royal Plaza lt. 3, Jl. Ahmad Yani, Surabaya-Jawa Timur pada 04
Mei 2013, dengan sangat bergairah Kak Nit Nit menjawab berbagai pertanyaan dari penulis seputar teknik Hypnotic Storytelling yang merupakan
hasil kreasi Kak Nit Nit setelah sekian lama berkecimpung dalam dunia dongeng.
Yuk, kita simak wawancara lengkapnya berikut ini!
Narasumber
:
Kak Nit Nit (Kartikanita Widyasari, S.Psi)
Hypnotic Storyteller-Praktisi Pendidikan dan
Hipnoterapi Anak
Kak
Nit Nit sedang Mendongeng
(Sumber
Gambar : Dokumentasi Pribadi)
1.) Halo Kak Nit Nit…Perkenalkan
nama saya Khoiruunisa R.F, saat ini sedang belajar di bidang studi Desain
Komunikasi Visual ITS. Boleh minta waktunya untuk wawancara sebentar?
Oh ayo,
silakan…Kalau saya Kartikanita Widyasari, tapi julukan saya Kak Nit Nit.
2.) Oke…Saya
langsung mulai saja ya. Menurut Kak Nit Nit, definisi storytelling itu apa sih?
Menurut
saya, storytelling itu sebuah teknik berkomunikasi,
di mana kita memberikan sebuah info apapun pada anak dengan teknik-teknik
mendongeng. Storytelling itu kan
kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kan mendongeng, nah storytelling itu teknik berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa dongeng.
3.) Wah, bahasa
dongeng itu bahasa yang seperti apa?
Bahasa
dongeng itu begini : dongeng menurut Kak Nit Nit itu adalah sebuah cerita, baik
yang nyata atau rekaan yang disampaikan secara ekspresif sehingga menimbulkan
imajinasi. Bahasa-bahasa dongeng itu lebih ada permainan suara dan mimik muka,
beda sewaktu kita berbicara atau ngobrol biasa. Kalau aku bilang sih, kayak
gitu.
4.) Saya tadi sempat
menyaksikan bagaimana Kak Nit Nit mendongeng, itu apa pernah ada komentar dari audiens
atau orang lain soal gaya kakak?
Mungkin
ada juga yang kalau melihat saya menganggap demikian, tapi justru dari sana
akan menarik perhatian. Dari yang tadinya tidak tertarik menyimak jadi lebih
memperhatikan. Mereka jadi bertanya-tanya, ngapain ya itu? Dulu bahkan pernah
ada teman yang bilang kalau saya ini kayak orang gila. Justru di mana saat kita
mendongeng itu dibikin semenarik mungkin. Dengan menarik, ada attention dari pendengarnya dan
informasi juga jadi cepat masuk. Berbeda kan waktu kita bicara biasa, di mana
kita dengar tapi belum tentu masuk semua informasinya.
5.
) Terus apa yang dimaksud dengan
“Hypnotic Storytelling”? Tolong ceritakan asal - usul metode storytelling ini!
Sejarahnya
Hypnotic Storytelling ini saya suka
mendongeng dan mau berkembang untuk jadi lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Nah kebetulan saya sendiri juga saya belajar tentang hipnotis, setelah lama
belajar kemudian tercetus ide bahwa ilmu
ini harus dimasukkan dalam dongeng saya. Akhirnya saya memilih nama Hypnotic Storytelling, yaitu dongeng
yang menghipnotis.
6.) Mengapa Kak Nit
Nit lebih memilih metode tersebut dibandingkan dengan metode penceritaan yang
lainnya?
Metode
Hypnotic Storytelling itu sebenarnya brand-nya Kak Nit Nit. Jadi menghipnotis
melalui dongeng atau dongeng yang menghipnotis. Bukan hipnotis kayak yang di
TV-TV itu lho, tapi bagaimana kita pada saat mendongeng, isi dari dongeng yang
disampaikan itu bisa sesuai dengan gambaran di alam bawah sadar. Seperti
filosofi gunung es, kelihatan kecil di permukaan tapi bagian bawah atau
dalamnya lebih besar. Nah itu diibaratkan cara berpikir manusia, di mana
bagian atas gunung es itu adalah pikiran
sadar sementara bagian bawah adalah pikiran alam bawah sadar dan manusia
sebetulnya lebih banyak dikendalikan pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadar itu
meliputi logika, sedangkan bawah sadar meliputi keyakinan yang lebih banyak
mengendalikan hidup manusia.
Misalnya,
kalau dikasih minum apakah langsung diminum atau tidak? Walaupun haus, kalau
nggak yakin pasti ngecek dulu kan, apa minumannya aman?Atau bahan-bahannya apa
aja yah? Begitu. Nah, Hypnotic
Storytelling itu bercerita dengan menggunakan kaidah-kaidah dan standar
yang sesuai dengan pikiran bawah sadar, bagaimana kita mendongeng untuk
menyampaikan pesan itu semuanya berhubungan dengan keyakinan diiringi ekspresi,
ada bacaan-bacaan yang harus dengan gaya naratif, dll dengan demikian bisa
lebih mudah untuk diterima audiens.
Menurut
saya cara ini jauh lebih efektif. Maka dari itu saya memberi nama metodenya Hypnotic Storytelling, karena masing-masing
cerita menyesuaikan dengan audiensnya supaya mereka mau mendengarkan.
7.)
Tingkat pemikiran bawah sadar tiap orang
itu kan berbeda-beda. Cara mengetahui dan menyesuaikan dengan target audiensnya
itu bagaimana kalau di Hypnotic Storytelling?
Kak
Nit Nit sedang Menjawab Pertanyaan Audiens dalam Seminar
(Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi)
Kalau
ada audiens yang nanya cara bercerita misalnya, saya akan menanyakan usia anaknya
berapa? Itu supaya tahu, karena nggak mungkin dong ngomong dengan anak yang di
bawah 1 tahun sama dengan anak umur 5 tahun. Tapi ada juga di mana berdasarkan
jarak usia mereka bisa hampir sama seperti untuk anak usia TK dengan SD kelas 3
ke bawah. Kalau untuk konsumsi umum
(seperti dalam talkshow-red) ya
disamakan, tapi kalau orang tua bertanya tentang cerita yang sesuai untuk
anaknya saya harus bertanya untuk anak usia berapa supaya bisa menyesuaikan
cerita kita dengan cara berpikir mereka.
Misalnya
topik kejujuran, seorang bapak ingin mengajarkan pada anak untuk berbicara apa
adanya. Nah untuk anak - anak mungkin bisa jadi ribet dan nggak pas, jadi
bilang langsung saja bahwa anak kalau bohong bisa nggak punya teman. Udah gitu
aja.
8.) Apakah orang
lain bisa mempraktekkan metode storytelling ini atau hanya untuk Kak Nit Nit
saja?
Orang
lain juga bisa menggunakan metode ini. Kalau untuk praktek belajar saya
sebenarnya menyediakan kursus
pelatihannya, jadi kalau ada yang mau belajar ya monggo silakan. Tapi kalau bicara tentang gaya, tentu saja Kak Nit
Nit punya ciri khas sendiri.
9.) Oh, jadi ada
kursus/pelatihannya juga ya?
Ada,
tapi untuk sementara ini kami berhenti dulu. Terakhir kali itu bulan Januari
2013 kemarin masih ada. Karena saya agak kesulitan mengatur jadwal, dan harus
terjun sendiri untuk melatih. Jadi yang ngajar langsung dari saya. Tujuannya
biar orang lain langsung tahu, di mana saya di situ selain belajar tentang
teknik-tekniknya juga berbagi pengalaman.
Saya
yang belum sempat datang itu ke Kalimantan, NTT, dan Papua. Sementara untuk
daerah lainnya saya sudah pernah kunjungi untuk mendongeng ke audiens usia
balita sampai yang lebih tua, dari anak biasa sampai luar biasa. Untuk masing-masing
audiens itu ada ciri-cirinya sendiri, tapi dengan mengambil dasar Hypnotic Storytelling itu bisa sesuai untuk
semuanya.
10.) Jadi untuk materi
teknik Hypnotic Storytelling itu khusus orang tua, sementara anak-anak hanya
bisa jadi penikmat saja?
Bisa
juga disampaikan untuk anak-anak, agar mereka bisa mendongeng juga untuk orang
yang lebih tua. Karena apa yang saya sampaikan itu teknik dasarnya,
pembelajarannya tinggal disesuaikan saja. Kalau orang dewasa kosa katanya
berbeda, kalau anak-anak untuk kelas berapa dulu. Materinya saya buat sendiri,
otomatis karena saya yang menciptakan metodenya.
11.) Apa saja yang
menjadi sumber inspirasi untuk melakukan metode storytelling ini, yaitu yang
biasanya disampaikan kepada audiens, apakah ceritanya berdasarkan literatur
tertentu (fairy tales, cerita rakyat,dll) atau cerita kreasi sendiri?
Saya
sih tergantung ya, sesuai dengan permintaan. Ada yang minta cerita rakyat atau
budaya, ya saya cari-cari children book
yang sesuai permintaan. Kadang kalau
nggak ada bukunya, ya saya nggak cerita dengan buku, apalagi kalau buku yang
saya temukan terdapat kata-kata yang kurang cocok untuk audiensnya. Jadi saya
bikin sendiri, misalnya waktu akan bercerita tentang “Barney The Dinosaur”. Itu kan saya tidak menemukan bukunya, jadi
saya membuat sendiri cerita bergambar yang berkaitan dengan judul tersebut. Isi
ceritanya seperti apa?Itu biasanya saya ngambil dari kejadian sehari-hari.
Apa
sih yang terjadi dalam masa kanak-kanak itu? Misalnya ada di mana anak itu suka
pilih-pilih teman, kalau bermain mainannya berebut atau tidak dikembalikan ke
tempatnya. Nah dongeng seperti itu yang saya berikan, untuk memotivasi anak
agar lebih sayang teman, rajin belajar, cari yang simpel-simpel aja.
Jadi
tergantung kebutuhannya. Misal kalau sedang bekerjasama dengan suatu penerbit
tertentu, saya tentu akan memakai buku-buku cerita anak bergambar terbitan
penerbit tersebut. Untuk seminar Surabaya
Memory, buku cerita yang saya pakai bawa sendiri karena dari mereka
mengharuskan pakai buku cerita. Jadi pemakaiannya memang ditujukan agar anak
tergugah minatnya untuk gemar membaca. Mereka minta saya bawakan cerita rakyat (“Timun Mas”-red), jadi saya cari buku
cerita rakyat yang sesuai.
12.) Saya
perhatikan saat bercerita, ada peralatan-peralatan yang dipakai saat tampil.
Kira-kira alat bantu yang diperlukan untuk Hypnotic Storytelling itu apa saja?
Kak
Nit Nit sedang Bercerita dengan Menggunakan Buku Cerita Bergambar
(Sumber
Gambar : Dokumentasi pribadi)
Standar
alat bantu itu bagi saya adalah buku dongeng atau cerita rakyat, terus alat
musik yang namanya Jedor (alat musik
asal Bali bersuara gemuruh-red), dan boneka monyet namanya Momo. Itu
semua yang selalu saya bawa saat tampil.
Biasanya
saya pakai salah satu waktu tampil, walau kadang saya bawa buku tapi tetap bawa
boneka juga. Kenapa begitu? Karena boneka membantu untuk menarik perhatian,
saat saya keluarkan semua perhatian audiens tertuju pada boneka tersebut. Untuk
alat musik ini saya beli sebelumnya tdak ada niat untuk dijadikan alat perform, hanya iseng beli..tapi ternyata
bisa juga dimanfaatkan sebagai alat bantu.
13.) Tentang alat
bantu lagi nih Kak Nit Nit. Saya pernah melihat orang bercerita dengan
menggunakan kertas-kertas yang hanya menampilkan gambar saja tanpa ada teks,
berbeda dengan buku cerita bergambar. Apakah cara seperti itu juga bisa
digunakan dalam Hypnotic Storytelling?
Cara
seperti itu juga tidak masalah dan diperbolehkan. Saya pernah juga pakai cara
bercerita seperti itu waku di Diponegoro, waktu itu topiknya tentang budaya
menanam. Kami berniat mengajak anak-anak untuk membudayakan menanam beragam
tanaman, tetapi saya mencari buku cerita yang memuat hal-hal tersebut tidak ada
atau ada pun tidak sesuai.
Akhirnya
saya mencari gambar-gambar saja, saya satukan menjadi seperti buku yang hanya
memuat gambar-gambar saja tanpa ada satupun kata-kata- hanya verbal saja. Jadilah alat bantu buatan sendiri biar
anak-anak tahu “Ini lho, gambar tanamannya,” semacam itu. Bagi saya sama saja,
gambar kan membantu penceritaan, baik ada maupun tidak ada teks bagi saya tetap
saja bisa menjadi sebuah dongeng.
Memakai
cara itu atau dengan meggunakan buku-buku informasi seperti buku pengetahuan
untuk anak juga bisa. Selama kita sudah menguasai tekniknya, apapun bisa saja
dipakai sebagai alat bantu.
14.) Berarti alat
bantu seperti itu berperan penting juga ya, dalam mendongeng?
Namanya
alat bantu, fungsiyang utamanya sebagai penarik perhatian. Bicara tentang
anak-anak, mereka kan rasa ingin tahunya masih sangat tinggi. Misalnya alat
musik dibunyikan, mereka ngumpul semua. Keberadaan alat bantu jauh lebih
memudahkan pencerita untuk memusatkan perhatian audiens.
Tapi
apakah harus dengan cara ini dan selalu pakai alat bantu? Nggak juga. Masih
banyak cara, hanya kebetulan Kak Nit Nit alat bantu standarnya begini. Ada juga
di mana sewaktu bercerita ada protokolnya dulu, misal harus menari-nari atau
nyanyi dulu…Selama hal itu bisa menarik perhatian dan fokus ke topik. Bagi saya yang penting adalah cara kita
menyampaikan ceritanya. Ekspresif dan imajinatif, itu yang penting dan hal-hal
tersebut bisa dibantu pakai alat-alat
itu tadi. Meskipun tidak pakai alat bantu juga tidak masalah selama kita
menguasai dasarnya dan bisa berekspresi hingga pesannya sampai ke audiens.
15.) Apakah ada
kendala tertentu saat Kak Nit Nit melakukan metode ini?
Namanya
anak-anak ya, itu ada yang jalan-jalan, lari-lari, tolah-toleh ke sana kemari,
bagi saya tidak masalah. Apakah anak harus duduk rapi, tenang, anteng gitu
kalau sedang mendengarkan informasi atau cerita? Bagi saya tidak harus begitu,
karena anak-anak punya tingkat kenyamanan sendiri. Asalkan mereka nggak
ngeganggu temannya nggak masalah, kalau mengganggu baru saya yang akan ambil
tindakan. Selama mereka bisa mendengarkan suara saya, itu pesan juga sudah bisa
masuk.
Seorang
Anak Terlihat Melintas Melewati Kak Nit Nit yang sedang Becerita
(Sumber
Gambar : Dokumentasi Pribadi)
16.) Kira-kira sudah
berapa lama Kak Nit-Nit menekuni pekerjaan ini?
Secara
profesional sih 4 tahun, dalam artian aku sudah mulai mendongeng di luar
lingkup kecil dan diundang ke mana-mana.
Tapi kalau mulai mendongengnya sendiri secara amatir, sudah mulai SMU
atau malah ketertarikan dari kecil sudah ada. Kebetulan saya tumbuh di lingkungan yang suka mendongeng, dari
kecil saya sudah terbiasa mendengarkan dongeng dari nenek yang jago dongeng. Favorit
saya adalah “Sewidak Loro” (“Putri Berambut 62 Helai”-red) sampai-sampai
dapat julukan sama seperti judul cerita itu oleh orang-orang.
Saya
dulu pernah jadi guru playgroup lalu
TK kelas B1 dan Kepala Sekolah. Tapi karena lebih memilih untuk melatih banyak
orang. Karena kesulitan atur jadwal, akhirnya saya harus melepas jabatan saya
sebagai guru dan lebih memilih pekerjaan ini. Soalny kalau banyak ditinggal kan
nggak enak juga.
Nah
dari bidang-bidang itu saya juga jadi interest
dengan anak-anak, dan akhirnya saya gabungkan dengan ketertarikan pada dongeng
itu tadi. Saya ingin menjadikan ketertarikan tersebut sebagai sesuatu yang
bukan hanya hobi, tetapi bisa sekaligus berguna untuk mengedukasi anak-anak.
17.) Saat ini,
apakah Kak Nit Nit masih mengajar
praktek Hypnotic Storytelling atau hanya menerima job-job lepas?
Saat
ini saya hanya terima job. Jadi ada kerjasama, rekaman acara TV…Kerjasama
dengan beberapa penerbit besar, juga ada banyak pihak lainnya yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu. Istilahnya saya ini bekerja freelance, dipanggil ke sana kemari untuk berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan dongeng.
18.) Sekarang kan
semakin banyak buku-buku cerita bergambar anak dijual bebas. Menurut Kak Nit
Nit, apakah sebaiknya anak-anak dibiarkan baca sendiri sejak dini atau orang
tua mendampingi bacaan anak-anaknya hingga sudah cukup dewasa hingga bisa
melakukan storytelling sendiri?
Untuk
masa-masa awal, seharusnya dari orang tuanya dulu yang bercerita sebagai contoh
atau pengenalan pada anak-anaknya. Tujuannya yang pertama adalah menyampaikan
informasi tentang storytelling, yang
kedua untuk mengajarkan anak agar minat baca. Nah pada suatu hari bila anak
sudah bisa membaca, misalnya usia TK, bisa gantian. Orang tua giliran membaca
hari ini, besoknya anak yang membaca dan menjelaskan isinya pada orang
tua..Jadi bisa dikombinasikan dan mempererat hubungan anak dan orang tua.
Sebaiknya
tidak langsung diminta baca sendiri, karena bisa jadi buku yang dimiliki banyak
tapi pada akhirnya cuma disimpan tanpa ada kemauan baca. Zaman sekarang banyak
yang seperti itu, sehingga alhasil si anak kurang paham akan keindahan buku
tersebut, atau manfaatnya buku itu apa. Mestinya ada komunikasi, di mana orang
tua sekalipun nanti membiarkan anaknya baca sendiri perlu menanyakan apa isi
dari bacaan yang dia baca. Saat anak lebih dewasa, biarkan dia menikmati
bacaannya sendiri. Tapi tetap sesuai tingkat kedewasaannya dan harus dikontrol
dong, mereka bacanya buku atau bacaan apa…
Contohnya
anak tetangga saya yang sering dibelikan buku cerita, biasanya ditinggal sang ibu
beraktivitas yang lain dan si anak dibiarkan baca-baca sendiri. Padahal dia
belum bisa baca, jadi hanya memandangi gambar-gambarnya. Suatu hari katanya
anak itu mau mendongengi saya, dan ternyata dia sudah mulai bisa mendongeng
untuk orang lain walau mungkin ceritanya masih agak berbeda dengan yang ada
dalam buku tersebut. Jadi menurut saya, tergantung lingkungan juga, jika dibiasakan
besar atau bergaul di lingkungan yang suka dongeng kemungkinan anaknya suka
juga jadi tinggi.
19.) Kalau
dipikir-pikir teknik storytelling ini mirip dengan teknik presentasi yang
semakin dikembangkan agar audiens tidak bosan dengan materi presentasi, ya?
Nah
itu dia, kenapa kok zaman sekarang teknik presentasi itu dibikin mirip dengan
teknik storytelling? Yaitu supaya
pemirsanya nggak bosan menyimak materi dan nggak malah ngobrol sendiri. Seperti
pas saya berkunjung ke sekolah-sekolah untuk membagikan buku. Itu gurunya
selalu pakai teknik ceramah dan anak-anaknya duduk manis dan rapi di mejanya
masing-masing. Sewaktu giliran saya membagi-bagikan buku, saya coba panggil
nama mereka satu persatu tapi dengan suara yang dibeda-bedakan dan ternyata
mereka jadi lebih tampak bersemangat. Mereka penasaran, “Kira-kira saya akan
dipanggil dengan cara bagaimana ya?”
20.) Last but not
least…Saat masyarakat umum mendengar kata storytelling biasanya mereka bakal
mengaitkan kondisi tersebut pada situasi “membaca buku cerita sebelum tidur”.
Nah, bagaimana menurut narasumber tentang anggapan tersebut, apakah benar atau
salah?
Kalau
saya sekarang berusaha mengembangkan persepsi bahwa storytelling itu bukan hanya cerita sebelum tidur. Karena jika kita
sampai pada deskripsi orang tua modern, itu akan terbantahkan semuanya.
Pasalnya, model orang tua zaman sekarang banyak pulang larut karena bekerja di
mana anak mereka sudah tidur, atau malah tidak bertemu hingga esok hari. Tidak
mungkin meninggalkan pekerjaan hanya untuk mendongeng kan? Malah bukan keharmonisan
yang didapat, tapi malah masalah bermunculan dalam keluarga. Membaca situasi
sekarang yang seperti itu, kita combine sehingga
bapak-ibu bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi mereka sehingga sesibuk
apapun masih bisa menerapkan storytelling
dalam interaksi kehidupan sehari-hari.
Ada
lagi kondisi di mana orang tua lagi sibuk, daripada nangis anaknya disuguhin gadget karena perhatian anak cepat
teralihkan pada peralatan semacam itu. Memang kelihatannya praktis, tapi
bagaimana ke depannya? Nah, menurut saya sih lebih baik ribet di depan, tapi enak
di belakang.
Istilahnya
saya mengusahakan pondasi yang kokoh sejak dini, justru supaya untuk ke
depannya lebih mudah. Anak-anak di masa kecilnya terutama untuk tahap 5 tahun
pertama, itu kesempatan yang bagus bagi orang tua untuk membentuk karakter si
anak. Pada tahap usia segitu, pikiran anak masih kosong jadi sekalian saja diisi
dengan yang bagus-bagus, supaya bisa terserap lebih baik pesannya sehingga terbentuk
optimisme dalam diri si anak.
21.) Terima kasih
atas kesediaannya diwawancarai, Kak Nit Nit!
Oke,
sama-sama…. terima kasih juga :D
Foto
Bersama Kak Nit Nit (kiri)
(Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi)
Dari
Kak Nit Nit, kita mengetahui bahwa Hypnotic
Storytelling adalah sebuah cara mendongeng yang mengoptimalkan teknik
paling dasar dan paling mudah dari mendongeng, yaitu keberadaan ekspresi untuk
mempengaruhi alam bawah sadar audiens. Agar cerita menjadi lebih jelas dan
menarik, dalam prakteknya Hypnotic
Storytelling memerlukan beberapa alat bantu seperti ilustrasi/foto, buku
cerita, boneka atau alat musik. Sumber cerita maupun alat bantu bisa dari yang
sudah ada (eksisting) atau berasal dari literatur tertentu, namun juga bisa berkreasi
sendiri sesuai kebutuhan karena metode ini memperhatikan penyajian yang sesuai
dengan tahapan usia audiensnya.
Menurut
Kak Nit Nit, kegiatan mendongeng sangat dipengaruhi oleh lingkungan semasa
kecil. Manfaat dari metode ini sendiri antara lain dapat diterapkan sebagai
sarana interaksi dan komunikasi sehari-hari hingga mempererat hubungan
interpersonal khususnya hubungan anak dan orang tua. Teknik Hypnotic Storytelling ini bisa dilakukan
tidak hanya sebelum tidur, tetapi juga diterapkan dalam aktivitas sehari-hari
dan dapat dilakukan tidak hanya oleh orang-orang tertentu saja, asalkan
memahami dasar-dasar metodenya.
Demikian
interview ini berakhir. Sampai jumpa
di kesempatan berikutnya! :D
More
info about Hypnotic Storytelling :
Atau
hubungi langsung Kak Nit Nit di alamat berikut :
No comments:
Post a Comment
Mohon gunakan bahasa yang sopan dan pantas saat hendak berkomentar:)